Pages

Ads 468x60px

Labels

iOS

5/Life%20Style/feat-tab

Facebook

Business

5/Cars/feat-tab

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates.

Post Bottom Ad

ad728

Videos

6/Tech/feat-videos

Technology

3/Tech/feat-grid

Fashion

5/Life%20Style/feat2

Header Ads

ad728

Breaking News

Android

5/Tech/feat-tab

Fashion

5/Cars/feat-tab

Follow Us @templatesyard

Translate

Recent Slider

5/Tech/feat-slider

Comments

3/recent-comments

Post Top Ad

ad728

Beauty

4/Cars/post-per-tag

Main Slider

5/slider-recent

Culture

4/Future/post-per-tag

Photography

3/Tech/post-per-tag

Recent

3/recent-posts

Popular Posts

Rabu, 06 September 2017

Literasi Mati Suri

Tulisan ini juga di posting pada web pers kampus IAIN Metro

Oleh : Ririn Erviana
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dan aktivis pers di IAIN Metro

Perguruan tinggi merupakan markasnya para cendekiawan-cendekiwan penghasil ilmu pengetahuan. Civitas akademika yang sehari-harinya berkutat dengan pengkajian ilmu. Tak heran jika para orang tua mempercayakan anak-anak mereka menempuh pendidikan dengan biaya mahal supaya anak bisa menghadapi tuntutan kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan ber-akhirat. Orang tua dan para pahlawan terdahulu menaruh harapan besar pada generasi muda. Maka pemuda digembleng supaya memiliki pola pikir yang kritis, dan analitis menuju kebijaksanaan.
Namun belakangan ini pemhandangan yang sering kita lihat dikampus ternyata belum sepenuhnya mencerminkan aktivitas para cendekiawan. Mahasiswa yang menenteng buku saja sudah jarang dijumpai di gazebo-gazebo kampus. Justru kita menjumpai mahasiswa berdiskusi dengan menenteng-nenteng telepon pintar (smartphone) semakin merajalela. Tapi kita juga tidak boleh mengambil konklusi hanya dengan melihat sekilas saja. Barangkali para mahasiswa ini sedang membaca electronic book (ebook), karena sekarang sudah modern sehingga membaca buku tak perlu dengan menteng buku-buku tebal.
Tapi anehnya halaqoh itu sering diiringi dengan gelak tawa yang berlebihan. Ada apakah gerangan? Buku apa yang mereka baca sehingga mengundang tawa secara serempak? Setelah didekati ternyata ironis sekali, halaqoh-halaqoh yang sering kita jumpai dikampus lebih didominasi oleh aktivitas rumpian ala ibu-ibu arisan. Yang membuat para mahasiswa dan mahasiswi ini betah duduk di gazebo ternyata ada jaringan wifi gratis di kampus. Sehingga memudahkan mereka mengakses jejaring sosial dan mengupdate info terbaru terkait life style. Ternyata kebiasaan mahasiswa semakin kesini mengalami perubahan, bahkan berbanding terbalik dengan mahasiswa dahulu.
Barangkali ketika ditengah-tengah  anak muda kekinian yang berhalaqoh menggenggam telpon pintar itu ada satu saja mahasiswa yang membaca buku, pasti yang sedang membaca buku itu terlihat aneh dan tidak keren sama sekali. Namun berbeda ketika keadaan itu dibalik menjadi banyak mahasiswa berhalaqoh membaca buku atau bincang buku, sedangkan satu di antara mereka diam khusyuk memegahng telepon pintar. Maka mahasiswa yang autis dengan telepon pintar akan terlihat aneh dan tidak keren dibanding teman-temannya. Itulah mengapa orang-orang merasa asyik saja berada di jalan yang salah karena banyak teman. Terlalu nyaman berada di zona yang banyak teman dibanding mencari zona lain yang lebih mengantarkan pada kenyamanan hakiki.
Budaya literasi sudah mulai mati suri di markas para cendekiawan. Aktivitas akademik yang diharap-harapkan lahir dari generasi pemuda kini hanya keniscayaan. Mahasiswa zaman sekarang menganggap buku adalah asesoris jadul, kemudian hanya dicari ketika dituntut oleh dosen yang berorientasi pada nilai A untuk mata kuliah tertentu. Mahasiswa zaman sekarang sibuk dengan update life style terbaru dibanding dengan update keilmuan mutakhir. Sebenarnya tidak ada salahnya bergaya modis sesuai mode, tapi sebagai kaum cendekiawan seharusnya tidak hanya dandannya saja yang keren, melainkan pemikirannya juga keren.
Tapi kekinian berkata lain, fakta lapangan menunjukkan mahasiswa maupun mahasiswi sibuk bersolek, spa dan memunggungi buku saja. Bagaimana ceritanya bisa membangun negara jika pemudanya saja masih terlalu egois? Haruskah dosen membuat buku mutabaah (catatan harian) untuk menghitung berapa buku yang dibaca setiap hari dengan imbalan nilai A supaya mahasiswa berbondong-bondong meneguk ilmu dari buku? Entahlah. Barangkali dengan mode pakaian palig mutakhir lebih penting dibanding ber-buku-an paling mutakhir. Barangkali banyak followers di instagram dan twitter lebih terlihat keren daripada mengenal tokoh-tokoh inspiratif.
Dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, keilmuan mahasiswa memang tidak bisa disama-ratakan. Saat lulus pun begitu, gelar yang mereka miliki sama namun ilmu yang mereka bawa berbeda. Karena kuliah ibarat nelayan yang pergi melaut, sepulang dari laut sebagian dari mereka membawa ikan yang banyak, dan adapula hanya mendapat lelah saja karena tidak bisa mengendalikan angin lautan.

0 komentar:

Posting Komentar

bagaimana postingan ini?

 

Sample text

Sample Text

5/Cars/feat-tab

Sample Text

 
Blogger Templates