Apakah
per-film-an Indonesia sudah relevan dengan kehidupan kita?
Oleh
: Ririn Erviana
Mahasiswi
STAIN Jurai Siwo Metro
Indonesia memiliki beberapa genre film untuk menjadi destinasi bagi
mereka pencinta serial fiksi. Bagaimana sih film-film di Indonesia sekarang
ini? Apakah sudah bisa dikatakan sebagai cermin untuk kehidupan lebih baik?
Apakah pesan-pesan yang disampaikan dari sebuah cerita fiksi sudah bisa
dianggap relevan dan matching dengan perkembangan moralitas bagi penontonnya?
Ya, seperti yang kita ketahui film yang mendapat sorotan public adalah
film-film yang notabene tidak sesuai untuk perkembangan moral. Meski tidak
dipungkiri diwaktu yang sama juga tayang film-film yang penuh dengan pesan
moral dan baik bagi remaja-remaja untuk saat ini.
Untuk setahun terakhir ini genre perfilm-an Indonesia di bombardier
adanya film-film stand up comedy atau dari komika-komika yang demikian
berkembang setahun terakhir ini pula. Meskipun film bergenre percintaan juga
tidak kalah banyak peminatnya bagi para pasangan-pasangan remaja labil untuk
mengunjungi bioskop-bioskop kesayangan mereka demi satu jam penuh untuk
mantengi layar bioskop bersama pasangan mereka. Sedang film bergenre dakwah
justru bisa dikatakan tertinggal dibandingkan dengan yang lain. Karena memang
produser dan sutradara juga lebih memilih film-film diluar genre ini yang sudah
tentu akan mendapat peminat yang banyak ketika rillis nanti.
Entah apa yang terjadi dalam undang-undang perfil-an Indonesia,
penayangan film-film yang bisa dikatakan kurang baik justru lebih banyak yeng
meminati. Seolah-olah para pemain dibayar untuk merusak moral bangsa dengan
tayangan-tayangan yang sedemikian rupa, kian berdampak memburuk bagi
perkembangan remaja-remja muslim di Indonesia. Sedangkan film dengan genre
dakwah justru kian terpuruk karena miskin peminat.
Bukankah seharusnya para penggarap film menyusun serial-serial yang
dapat memotivasi remaja-remaja agar mereka memiliki gambaran keteladanan atau
uswatun khasanah dalam menempuh kehidupan dan menghadapi setiap problema
kehidupan. Kembali lagi kepada individu masing-masing, mereka para penggarap
film pasti menginginkan keuntungan dari garapan filmnya, yang itu dapat diraih
jika film yang dirillis diminati oleh banyak orang sedangkan sebagian besar
orang lebih berminat kepada film-film yang pada dasarnya kuarang memiliki pesan
yang baik. Oleh sebab itu, semua memang kembali kepada individu masing-masing.
Sebagai generasi muda sekaligus menjadi agent of change (gerakan
perubahan) saya sangat berharap agar industry perfilm-an Indonesia lebih
mengembangkan film-film dengan genre dakwah. Agar remaja-remaja Indonesia
memiliki uswatun khasanah (kisah-kisah baik yang patut dicontoh). Selain untuk
minciptakan remaja yang Islami itu juga akan memupuk memtal pribaadi yang bermutu
dan akan meenjauhkan mereka dari pergaulan bebas yang kian marak sekarang ini.
Pada dasarnya seseorang juga kan bosan jika dalam hidupnya selalu
begitu-begitu saja, mengalir seperti air. Remaja juga kan bosan jika
kesehariannya hanya dituntut untuk belajar ini itu, demi menyiapkan generasi
yang unggul. Mereka butuh refreshing. Namun refreshing yang tetap dalam koridor batas keislaman.
Semua itu pasti dapat diwujudkan dan pasti selalu ada jalan untuk sebuah niat
kebaikan. Maka dari itu, dengan adanya film-film dakwah ataupun Islami bisa
menjadi satu-satunya pilihan yang paling tepat menurut saya, bagi para remaja
yang suntuk dengan segudang kegiatan mereka. Bukan dengan film-film percintaan
buta, justru akan memicu mereka mempraktikkan apa yang sudah ditontonnya.
Nah, apabila yang menjadi tontonan mereka adalah motivasi yang
baik, uswatun khasanah dan kisah-kisah teladan. Bukankah bagus jika mereka
nanti terobsesi untuk mempraktikkanya dalam kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar