Bagaimana Indonesia
Berkarakter?
Oleh Ririn Erviana
Indonesia yang
begitu kaya sumber daya alamnya ternyata tidak mampu memakmurkan seluruh
lapisan penghuninya. Siapa yang tidak paham mengenai betapa melimpahnya
kekayaan di tanah berpulau-pulau ini. Di smaping itu persoalan yang kita hadapi
juga demikian berimbang dengan kekayaan alam yang kita punya. Apakah gerangan
yang salah dengan negeri ini? Sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di jurusan
tarbiyah penulis melihat permasalahan yang dihadapi bangsa ini melalui kacamata
pendidikan.
Masalah-masalah
yang demikian pelik dihadapi sejatinya berakar dari pendidikan. pendidikan yang
kini telah sedikit demi sedikit mulai meleburkan tujuannya, yang semakin
diperparah dengan subjek-subjek yang berada di dalamnya. Bukan lagi semestinya
kita flashback pendidikan lampau yang lebih baik, atau bukan lagi harus
menyalahkan pihak-pihak yang menentukan kebijakan. Tapi marilah kita melihat
diri masing-masing, apakah posisi sebagai pendidik, stockholder, maupun sebagai
peserta.
Kita juga harus
sadari bahwa pendidikan di negeri ini telah miskin karakter. Tolak ukur yang
dipakai hanya sekedar angka dan simbol. Kemudian melupakan apa esensi angka dan
simbol tersebut. Pengembangan pendidikan juga hanya diarahkan pada aspek kognitif
saja, sehingga mengesampingkan aspek afektif dan psikomotorik. Hal itu juga
dapat diartikan seolah-olah semua anak di negeri ini harus menjadi ilmuwan dan
filosof. Padahal anak-anak yang memiliki potensi atau kemampuan kognitif
hanyalah seperlima dari keseluuruhan. Lalu bagaimana dengan mereka yang dalam
kategori lain. Padahal masih ada kecerdasan linguistik, musik, parsial dan
lain-lain semestinya juga diberi ruang untuk mengembangkan.
Itulah mengapa
para anak-anak yang masih polos justru terdoktrin untuk bagaimana caranya
memperoleh nilai setinggi-tingginya dan simbol sebagus mungkin, walau dengan
cara-cara antimainstream. Para orangtua pun demikian, mereka rela membayar les
atau kursus untuk anak-anak mereka asal bisa mendapat nilai bagus di sekolah,
dalam waktu yang cepat. Sehingga anak selalu dituntut untuk cepat memahami
materi dan mendapatkan nilai tanpa memperhatikan psikologi dan kebutuhan batin
mereka.
Itulah mengapa
dalam ilmu keguruan harus ada psikologi pendidikan dan pengembangan. Agar sebagai
pendidik dapat mentransfer ilmu pengetahuan secara utuh tanpa membuat bosan
para peserta apapun konten materinya.
Demikian juga
penanaman karakter yang tidak kalah penting dalam pendidikan. secara sederhana
dapat kita pahami bersekolah adalah upaya untuk membantu para peserta didik
mempersiapkan diri agar bisa hidup sebagai warga masyarakat. Di dalam hidup
bermasyarakat setidaknya ada tiga poin penting yang harus dimiliki, yaitu:
Knowledge, Skill dan attitude. Tapi yang menduduki poin penting di sini adalah
attitude atau sikap. Itulah bagian dimana pendidikan sikap atau afektif memang
begitu penting dan tidak boleh dikesampingkan. Anak-anak yang memiliki
kecerdasan namun tidak memiliki sikap akan sulit diterima masyarakat.
Oleh karenanya,
dari manapun lapisan kita. Marilah kita sadari, bahwa semua masalah yang kita
hadapi sekarang adalah akibat gagalnya pendidikan karakter. Sebagai orang tua,
guru, maupun peserta marilah kita menjadikan kontekstual sebagai tolak ukur
yang nyata. Bukan hanya angka, simbol dan sertifikasi yang kita kejar dari
sebuah institusi pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar