Perlukah, Penanaman
Nasionalisme?
Oleh Ririn Erviana
Anak-anak yang baru menempuh
sekolah dasar di Indosesia selalu dibekali pelajaran dan penanaman nilai-nilai
toleran, tenggang rasa dan saling menghormati. Para guru selalu menanamkan
bhineka tunggal ika kepada anak-anak bangsa yang baru saja memijak bangku
pendidikan formal. Begitu pula mengenai pluralitas negara Indonesia dan
bagaimana bersikap dengan orang lain yang berbeda ras, budaya bahkan agama.
Pendidikan yang memiliki peran
vital dalam pembentukan sendi-sendi pembangun bangsa seyogyanya mengenalkan
kebudayaan suatu bangsa. Agar para anak-anak menjadikan bangsa dan negara
adalah bagian dari hidupnya. Namun akan berbeda cerita ketika dalam sekolah
dasar mereka demikian dibekali dengan berbagai nilai tentang perbedaan, tapi
ketika sekolah menengah justru terdoktrin dengan paham-paham tertentu demi
kepentingan tertentu pula.
Sebagai seorang muslim bukan
tidak mungkin untuk bisa hidup rukun berdampingan hanya karena berbeda ras,
budaya dan agami. Bahkan islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Rasulullah juga hidup berdampingan dengan nonMuslim pada masanya, mereka
memiliki perjanjian pada piagam madinah sebagai kesepakatan satu sama lain.
Demikian juga masa sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in. pada masa Dinasti
Fathimiyah masyarakat Islam juga memiliki perjanjian dengan nonMuslim yang
disebut dengan perjanjian dengan ahlul zdimmah
Penanaman nilai nasionalisme pada
sekolah dasar sudah semestinya berlangsung secara continue bahkan sampai menyelesaikan
studi perguruan tinggi, atau sampai anak benar-benar dapat hidup bermasyarakat.
Agar pendidikan menghasilkan benih yang benar-benar bekerja untuk membangun
bangsanya, bukan hanya kepentingan golongan atau kelompoknya sendiri.
Demikian juga ketika anak
tersebut kelak menjadi pemimpin bangsa ini. Dia akan melindungi semua lapisan
masyarakat tanpa memandang suku, ras, budaya dan agama. Dia akan memperlakukan
rakyatnya secara adil, tidak memandang bahwa si A satu suku dengannya, atau si
B berbeda agama dengannya.
Oleh karena itu, peran pendidikan
akan sangat mempengaruhi karakter, dan jiwa nasionalisme generasi penerus.
Sehingga sebagai seorang guru dan calon guru hendaklah kita independen (bebas)
dari unsur komersil maupun politik.
0 komentar:
Posting Komentar