Rindu Gudang Buku
Ririn Erviana
Sebulan kurang lebih lamanya, gudang buku kecil menyudut
dibagian pojok aku menuntut ilmu tidak ku jamahi. Mungkin karena masih sibuk
dengan beberapa kegiatan lain dan kemalasan lain. Rasanya rindu sekali dengan
aroma kertas di ruangan itu, ruangan yang tidak begitu besar dan jauh dari kata
mewah namun di sana aku merasa sangat nyaman terlebih dengan aroma-aroma ilmu
yang tersedak disetiap sudut ruangan.
Membaca adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagiku,
meskipun terkadang kesenangan itu kalah dengan rasa kantuk dan lelah karena
aktivitas lainnya. Meskipun membaca adalah yang menyenangkan tapi di sisi lain
aku lebih suka berdiskusi dalam menggali ilmu ketimbang harus membaca sendiri.
Tetapi pada dasarnya untuk berdiskusi juga kita harus banyak membaca berbagai
informasi. Meskipun sebulan lebih aktivitas internet berkurang, tetapi
Alhamdulillah bahan baacaan masih tetap, meskipun tidak se-aktual sebelumnya.
Sebenarnya ini masih bisa disikapi dengan beberapa strategi, tetapi tetap saja
masih ada pengurangan di dalamnya.
Aktivitas sosmed mulai saya kurangi karena saya
sadar meskipun dari sana dapat terserap berbagai informasi namun masih kalah
dengan hal-hal yang mendekatkan diri kepada maksiat, dan saya sadar saya pernah
berada pada zona itu. Meskipun juga di sisi lain saya masih merindukan dunia
seperti itu, yaa sesekali dalam setiap harinya saya membuka itu.
Impian saya addalah bisa memanage berbagai hal.
Agar semua program dalam hidup saya terorganisir dan harapannya tetap dikuatkan
dalam menghadapi segala problema dan ujian hidup yang berasal dari Sang
Pencipta. Karena pada dasarnya setiap makhluk hidup di muka bumi ini akan
mendapatkan ujian hidup masing-masing dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Dari situ juga dapat diambil nilai, bahwa kita tidak patut mengeluh jika
sekarang atau suatu saat nanti kita merasa ujian atau masalah kita terasa
begitu berat, dan lebih besar dari yang lainnya. Itu karena Allah telah
mengerti batas kemampuan dari masingmasing hamba-Nya, dan Allah tidak akan
member cobaan melebihi batas kemampuan hambanya tersebut.
Saya masih suka menyebut kampus saya dengan sekolah.
Karena sejatinya ada penyelasan saya
saat ini pada waktu berada di bangku sekolah dulu. Saya menyadari betapa saya
tidak serius dalam sekolah, andai saja saya lebih serius saat di bangku sekolah
tentu keadaannya akan berbeda. Namun di sisi lain saya bersyukur pernah
menjalani hal tersebut, dan saya akan tetap menyimpan fase berantakan tersebut
sebagai bagian dari kenangan yang terindah. Karena mungkin Allah sengaja
mempertemukan saya dengan sesuatu yang salah agar di kemudian hari saya bisa
memperbaiki dan mempelajarinya sehingga tidak mengulangnya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar